"Pemahaman agama yang komprehensif dan moderat inilah yang akan memberi imun kepada anak-anak usia sekolah sehingga kebal dari terpaan ideologi yang mengarah kepada radikalisme," ~ Dr. Hj. Andi Intang Dulung, M.H.I. ~
Selama dua tahun berturut-turut, dimulai dari tahun 2019, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Direktorat Pencegahan, menggelar lomba yang menargetkan keikutsertaan guru mata pelajaran agama dari tingkat PAUD/TK hingga SMP. Kegiatan yang dilaksanakan bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 provinsi ini mengundang kreatifitas guru untuk membuat dan mempresentasikan metode pembelajaran yang mengedepankan pentingnya pembelajaran perdamaian di sekolah.
Meski berlatar belakang isu keagamaan, sesuai dengan tujuannya yaitu menumbuhkan perdamaian, kegiatan ini tidak dibatasi untuk guru mata pelajaran agama tertentu. Selain itu untuk tujuan pencapaian keikutsertaan peserta, lomba ini tidak mensyaratkan latar belakang status kepegawaian.
Pada tahun 2019 lomba difokuskan untuk menguji kreatifitas guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya berisikan pentingnya menumbuhkan nilai-nilai moderasi beragama. Sedangkan di tahun 2020, lomba dititikberatkan pada pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam penyusunan RPP yang mampu menginspirasi anak didik yang tidak hanya saleh dalam beragama, namun juga kehidupan sosial bermasyarakat.
Meski terkesan sederhana, hanya dalam bentuk lomba, dari pengalaman sebagai pengampu jalannya kegiatan saya mengamati ada manfaat besar dan strategis dari pelaksanaannya. Saya katakan sederhana karena yang dituntut dari lomba ini merupakan hal yang sudah menjadi "makanan harian" tenaga pendidik, yaitu menyusun RPP. Apapun mata pelajaran yang diampunya, sudah menjadi kewajiban guru untuk menyusun RPP sebagai garis besar pembelajaran yang akan diterapkannya. Hal inilah yang kami manfaatkan, bagaimana pada mata pelajaran agama seorang guru tidak asal menyusun RPP tentang pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang tengah diberlakukan, akan tetapi menguji kreatifitasnya menciptakan metode yang mampu menyeimbangkan antara kurikulum dengan kebutuhan yang ada.
Kami ~saya mengampu kegiatan ini bersama seorang rekan kerja, juga menyebut kegiatan ini sederhana karena catatan keberhasilannya terkait keikutsertaan peserta. Tahun 2019 ada 170 guru yang kami catat sebagai peserta, dan meningkat jadi 214 pada tahun 2020. Catatan ini kami simpulkan sebagai capaian, bahwa tenaga pendidik kita memiliki kemampuan untuk menyiapkan RPP dengan baik. Secara kualitas kami juga mencatat RPP yang disodorkan peserta untuk dilombakan sangat beragam, dengan penilaian rata-rata memuaskan.
Selama 2 tahun dilaksanakan kami juga mendapati dampak strategis dari pelaksanaan lomba ini. Berbicara isu ideologi radikal, termasuk penyebarluasannya di dunia pendidikan, bukan rahasia jika anak-anak usia muda adalah target perekrutan. Oleh karena itu penting untuk membentengi generasi muda dari ideologi radikal ini, termasuk dari proses belajar mengajar yang dikutinya. Pelajaran di sekolah, khususnya agama, harus bisa tersampaikan sesuai dengan definisi agama, yaitu menghadirkan kedamaian.
Dari ratusan RPP yang kami dapatkan selama 2 tahun pelaksanaan lomba, ada keseragaman pengetahuan peserta dalam hal isu pencegahan penyebarluasan ideologi radikal. Para guru dengan pengetahuan yang mumpuni ini merupakan aset yang harus terus dirawat dan diberdayakan untuk bisa turut serta melibatkan dunia pendidikan dalam pencegahan. Dari sinilah kami temukan aspek strategis dari perlombaan yang dilaksanakan.
Barangkali kemudian ada yang bertanya, kenapa perlombaan yang kami laksanakan berfokus pada keikutsertaan guru mata pelajaran agama dari tingkat PAUD/TK sampai SMP saja?
Beberapa kali saya terlibat obrolan singkat dengan Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr. Hj. Andi Intang Dulung, M.H.I. Beliau selalu menekankan, berbicara pencegahan penyebarluasan ideologi radikal pada anak, aspek penting yang harus terpenuhi adalah imunitas, dan itu terdapat pada materi pembelajaran agama yang tidak hanya menjadikan anak saleh dalam beragama, namun juga saleh bersosialisasi, yaitu mampu menghormati adanya perbedaan dan keragaman. Di sinilah kemudian terbesit angan yang akhirnya kami realisasikan, imunitas itu bisa dihadirkan lewat materi pembelajaran yang terencana dengan baik. Terkait jenjang yang hanya dibatasi guru pengajar PAUD/TK hingga SMP, karena imunitas ini juga kami harapkan menjadi pondasi dalam hal anak-anak didik mempelajari agama lebih lanjut.
"Pemahaman agama yang komprehensif dan moderat inilah yang akan memberi imun kepada anak-anak usia sekolah sehingga kebal dari terpaan ideologi yang mengarah kepada radikalisme," kata Dr. Hj. Andi Intang Dulung, M.H.I.
Harapan kami para peserta yang mengikuti kegiatan ini kemudian tidak hanya berkarya untuk berlomba, tapi benar-benar mengaplikasikan RPP yang disusunnya pada pembelajaran yang diampunya. Terlebih peserta yang ditetapkan sebagai pemenang, karyanya teruji berdasarkan penilaian juri yang independen, wajib hukumnya menjadikan karyanya sebagai materi dalam mendidik. Hal ini penting kami tekankan, karena setiap guru harus sadar bahwa pencegahan terorisme tidak bisa hanya dilakukan oleh aparatur pemerintah dan TNI/Polri semata. Tenaga pendidik juga harus terlibat, khususnya terkait penyebarluasan ideologi radikal di dunia pendidikan, yang suka atau tidak harus diakui memang sudah terjadi.
Hal terakhir yang ingin kami tekankan adalah kapan pencegahan penyebarluasan ideologi radikal ini harus dimulai. Tidak ada teori yang secara pasti menjabarkannya, akan tetapi kredo umum berlaku di sini, yaitu pencegahan atas hal-hal buruk akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin. Berbicara waktu yang dini, maka masa-masa di mana pendidikan pada anak berlangsung adalah saatnya. Kesimpulannya, guru agama adalah ujung tombak untuk proses pencegahan penyebarluasan ideologi radikal terorisme lewat pembelajaran yang dilangsungkannya. Wallahu'alam. [*]
*) Penulis adalah Andi Noor Fitrah Syarifin, Staf Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT